Review Film The Idea of You (2024)
The Idea of You diadaptasi dari novel berjudul sama. Secara umum jalan cerita masih mengikuti, namun ada hal yang berbeda.
Sinopsis The Idea of You (2024)
Solène, seorang ibu tunggal berusia 40 tahun, memulai kisah cinta tak terduga dengan Hayes Campbell yang berusia 24 tahun, penyanyi utama August Moon, boy band terpanas di planet ini. Ketika Solène harus turun tangan untuk mendampingi perjalanan putri remajanya ke Festival Musik Coachella setelah mantannya memberikan jaminan pada menit-menit terakhir, dia berkesempatan bertemu dengan Hayes dan terjadilah percikan seketika yang tak terbantahkan. Saat mereka memulai percintaan yang penuh badai, tidak lama kemudian status superstar Hayes menimbulkan tantangan yang tidak dapat dihindari pada hubungan mereka, dan Solène segera menyadari bahwa kehidupan dalam sorotan sorotan Hayes mungkin lebih dari yang dia harapkan.
Review The Idea of You
Tidak ada yang bisa membayangkan betapa kecewanya seorang wanita ketika mengetahui suaminya berselingkuh dengan seorang gadis muda.
Ada berjuta rasa sakit dan kehancuran yang Solène (Anne Hathaway) rasakan. Namun ia terus berusaha untuk bangkit hingga suatu saat ia mengalami hal yang sama.
Perjalanan yang tidak direncanakan mengubah hidupnya, ketika dia secara tidak sengaja memasuki ruang pribadi Hayes Campbell (Nicholas Galitzine).
Dia adalah vokalis utama August Moon yang berusia 24 tahun.
Saat itu, Hayes Campbell merasakan sesuatu yang berbeda, Solène sepertinya memandangnya secara berbeda, dia adalah manusia biasa. Tidak ada yang spesial.
Bahkan ketika Solène mengetahui siapa dirinya, Solène tetap tidak berubah. Gayanya tetap santai bahkan sesekali mengolok-olok Hayes Campbell.
Ini adalah momen ketika Hayes memutuskan untuk mengenal lebih jauh dan mencari lokasi kerja Solène.
Kemudian adegan demi adegan ditampilkan seperti dua orang yang mencoba untuk saling mengenal dan perlahan menyadari bahwa mereka berdua cocok.
Satu-satunya masalah adalah perbedaan usia yang sangat besar.
Hayes Campbell bisa dikatakan hampir seumuran dengan anak Solène.
Di sini Anda dapat melihat bagaimana dunia memandang hubungan dengan perbedaan usia dengan sangat berbeda, dari sudut pandang pria dan wanita.
Bagi laki-laki, itu wajar saja, tidak masalah. Namun ketika wanitanya yang tertinggal jauh usianya, dunia seolah kiamat.
Film dan buku ini seolah ingin menyampaikan bahwa ada standar yang berbeda dan terkadang kejam dari masyarakat.
Cinta bukanlah segalanya, ketika masyarakat sekitar melihatnya sebagai hal yang tabu dan mulai mengolok-olok anggota keluarga lainnya.
Hal ini seolah menjadi aib yang tidak bisa dimaafkan dan tidak bisa ditoleransi.
Bagi yang sudah membaca bukunya, pasti tahu bagaimana akhir menyakitkan yang diterima Solène, dan bagaimana perasaannya dipukuli.
Namun di versi film ini dibiarkan begitu saja dengan pandangan penonton, mereka ingin cerita berakhir seperti apa, bahagia atau tidak?
Positioning penonton yang menentukan akhir cerita ini sangat menarik, dan menggambarkan akankah terjadi perubahan pola perilaku sosial?
Akting yang Solid
Anne Hathaway dan Nicholas Galitzine berhasil menampilkan hubungan romantis dengan chemistry yang tepat.
Anne Hathaway bermain santai, namun ada satu adegan dimana ia merasa down sedemikian rupa, ditampilkan secara natural.
Hal ini membuat penonton yang mungkin awalnya tidak menyetujui hubungan ini, jatuh cinta dengan karakter Solène.
Apakah seorang wanita tidak berhak atas kebahagiaan?
Mengapa mantan suaminya, atas nama anaknya, berusaha mengakhiri hubungan indah ini?
Hingga suatu hari Solène harus memilih apakah ia harus mengorbankan nyawa anaknya demi kebahagiaannya.
Ini adalah adegan yang kuat dan langsung membuat penonton berempati dengan karakter Solène.
Bagi yang ingin menyaksikan penampilan Anne Hathaway dan Nicholas Galitzine dalam film The Idea of You bisa menyaksikannya di Prime Video.
Namun bagi yang sudah membaca bukunya, Anda akan merasa bahwa narasi film ini sangat dangkal. Sebab, di dalam bukunya bukan hanya soal romansa, melainkan karakter Solène yang luar biasa.
Bisa dibilang, ia adalah sosok yang penuh inspirasi dan berhasil "dijatuhkan" oleh para pria, hanya karena urusan cinta. Ia mungkin bisa menyangkal perasaannya, namun dunia tetap menganggapnya sebagai sosok yang cacat.
Dalam bukunya, buku inilah yang menimbulkan diskusi mendalam bahkan perdebatan.
Jadi menurut KopiFlix, tampaknya tindakan yang dilakukan sutradara Michael Showalter, bersama penulis Jennifer Westfeldt, cukup tepat.
Akhir cerita dalam film ini diserahkan kepada penonton, sebagaimana dunia memandangnya.