Review Film Meg 2: The Trench
Di tahun 2018, rumah produksi Gravity Pictures mengangkat kisah klasik tentang serangan hiu. Mereka Menghadirkan film bergenre thriller-survival yang melibatkan ikan megalodon purba yang seharusnya sudah punah di akhir Pliosen, atau sekitar 3,6 juta tahun lalu, saat bumi memasuki fase es.
Film ini dinilai sangat menarik karena penggemar film akan merasakan versi Jurassic Park di lautan. Mulai dari horor, suspense dan segala hal yang bisa menarik napas tersedia dalam film yang diadaptasi dari serial novel berjudul Meg karya Steve Alten ini.
Ternyata, tangan dingin sutradara Jon Turteltaub berhasil memvisualisasikan karya Steve menjadi sebuah film dengan total keuntungan sebesar $530,2 juta dari seluruh penayangannya di berbagai belahan dunia. Berangkat dari kesuksesan tersebut, film ini dibuat sekuelnya dengan judul Meg 2: The Trench.
Namun apakah film sekuel ini sebagus dan semenarik film pertamanya? Pertanyaan ini muncul karena seperti kutukan, dalam sejarah, film sekuel akan selalu flop dari film awalnya. Belum lagi, rumah produksi, sutradara yang mengangkat kisah megalodon pertama, dan beberapa pemain utama pun berubah.
Megalodon dan Penggambaran Hollywoodnya
Seperti yang kita tahu, film Meg menghadirkan Megalodon sebagai bintang utamanya. Walaupun film semacam ini sudah banyak beredar di pasaran film, tapi menurut saya ini adalah pertama kalinya film tentang monster dipublikasikan. Dalam ceritanya, Megalodon hidup di perairan laut dalam dan tidak membahayakan manusia.
Daerah di mana Megalodon berada ditutupi oleh lapisan yang dikenal sebagai termoklin hidrogen sulfida, sehingga Megalodon tidak dapat melewatinya. Padahal hiu ini tidak hidup di perairan dalam, melainkan di atas zona gelap. Yah, saya pikir tim produksi melupakan hal ini.
Meski banyak informasi yang tidak terlalu akurat, Hollywood mampu menghidupkan kembali hewan purba ini dengan sangat baik. Memberikan informasi tentang bagaimana monster laut menjadi puncak rantai makanan semua makhluk bumi; dan seberapa agresif juga ganas. Tepuk tangan untuk para kreator yang terlibat dalam film ini.
Jason Statham Kembali Bertarung
Dalam ceritanya, Jason Statham masih memerankan karakter Jason Taylor yang entah kenapa susah mati. Rekan-rekannya tewas dalam hitungan detik ketika mereka bersentuhan langsung dengan Megalodon.
Jason disuruh bergabung dengan lembaga kelautan milik keluarga Zhang. Buat kamu yang belum tahu, di film pertama, Marine Institute Zhang lah yang mengeluarkan Megalodon dari rumahnya, dan Jason membantu mereka menghancurkan Megalodon.
Susah payah, salah satu anggota keluarga Zhang, yakni Jiuming Zhang (Wu Jing), malah menyimpan seekor Megalodon untuk penelitian.
Berawal dari masalah ini, saya yakin jika Anda memiliki pemikiran, 'masalahnya pasti berawal dari penelitian itu' . Jika Anda berpikir sesederhana itu, Anda salah. Ada hal lain yang mengganggu Jason dan teman-temannya. Ini dimulai ketika Jason dan Jiuming melakukan ekspedisi laut dalam.
Sayangnya, sebelum ekspedisi dilakukan, hewan peliharaan Jiuming, Megalodon, melarikan diri dari penangkaran dan mengejar kapal selam para ilmuwan. Mencoba menghindarinya, kapal selam itu menerobos termoklin. Berpikir mereka bebas dari kejaran monster laut, mereka malah masuk ke kandang mereka.
Seperti biasa, terjadi kejar-kejaran. Ditambah ledakan kiri dan kanan dari penambang bawah laut ilegal yang membuat segalanya semakin kacau. Mereka kembali mencoba untuk naik ke permukaan, namun batas termoklin terbuka akibat ledakan tersebut sehingga terbelah dan menimbulkan celah bagi Megalodon lainnya untuk keluar.
Plot yang Diperluas
Jujur saja, 30 menit pertama, basa-basi dalam film tentang institusi dan rencana ekspedisi membuat saya mulai bosan.
Tidak ada rasa keasyikan saat menonton, Jason Statham juga terlihat kurang semangat dalam memerankan karakter Jason. Meski begitu, saya menaruh harapan besar pada film yang sudah ditunggu-tunggu selama 4 tahun ini.
Namun seiring berjalannya waktu, jalan cerita mulai tidak kemana-mana. Alih-alih mengalami kengerian Megalodon, alur ceritanya berputar pada makhluk purba lainnya. Gurita raksasa dan makhluk amfibi purba yang membuat fokus terpecah. Ditambah lagi semua orang terbebani untuk menyelamatkan keponakan Jiuming, Meiying (Sophia Cai).
90 menit terakhir film ini akhirnya bisa dinikmati, dimana ada 3 Megalodon, 1 gurita purba raksasa, mirip Kraken, dan amfibi bergigi tajam memasuki kawasan laut dangkal dan sebuah resort bernama Fun Island berada. Makhluk mengerikan bergegas ke meja All You Can Eat untuk mulai mengunyah manusia.
Kekecewaan kembali hadir, ketika saya mulai menikmati jalan ceritanya. Memotret pun terasa janggal, bayangkan saja, kita diberi POV di mulut Megalodon dan melihat belasan manusia masuk dengan mudahnya tanpa perlawanan. Belum lagi Jason yang terlihat memaksa saat melawan Meg menggunakan jet ski dan harpun.
Akhir yang Hambar
Begitu kami memasuki babak final, dan kami tahu pasti siapa yang selamat, tidak ada rasa ingin bertepuk tangan atau sekedar berkata 'wow' dari mulut saya pribadi. Saya tidak menemukan feeling yang menakutkan, terutama saat Jason bertarung melawan Megalodon. Mungkinkah sang sutradara, Ben Wheatley, kehabisan ide?